Puspa Indo Media, Bandar Lampung — Provinsi Lampung mencatat inflasi bulanan sebesar 0,04 persen pada Juni 2025. Informasi ini disampaikan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung dalam rilis resminya, Selasa, 2 Juli 2025. Kenaikan ini disebabkan oleh meningkatnya harga sejumlah komoditas pangan strategis.
Secara tahunan (year-on-year), tingkat inflasi Lampung mencapai 2,27 persen, menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang berada pada angka 2,84 persen. (Sumber: BPS Lampung, 2 Juli 2025)Kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau menjadi penyumbang terbesar terhadap inflasi, dengan andil sebesar 1,08 persen. Komoditas utama penyebab kenaikan meliputi beras (0,06 persen), cabai rawit dan bawang merah (masing-masing 0,04 persen), serta tomat dan daging ayam ras (masing-masing 0,03 persen). (Sumber: Kumparan Lampung, 2 Juli 2025)
Sementara itu, beberapa komoditas mengalami penurunan harga (deflasi), seperti bawang putih, cabai merah, kangkung, jeruk, serta bahan bakar minyak nonsubsidi. Penurunan ini sedikit menahan laju inflasi bulanan.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung, Bimo Epyanto, menjelaskan bahwa inflasi bulan ini merupakan dampak dari faktor musiman, termasuk musim kemarau dan masa tanam gadu yang memengaruhi pasokan pangan. Ia menyatakan bahwa Bank Indonesia bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) akan terus memperkuat koordinasi melalui strategi 4K, yaitu keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif. (Sumber: Suara Lampung, 2 Juli 2025)
Kelompok pengeluaran dengan inflasi tahunan tertinggi adalah rekreasi, olahraga, dan budaya, yakni sebesar 7,29 persen, meskipun kontribusinya terhadap inflasi umum tergolong kecil. Sebaliknya, kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan mencatat deflasi tahunan sebesar 0,94 persen. (Sumber: Antara Lampung, 2 Juli 2025).
Stabilitas harga kebutuhan pokok yang tercermin dari angka inflasi bulan Juni 2025 menjadi sinyal positif bagi daya beli masyarakat. Namun demikian, fluktuasi harga pangan tetap perlu diantisipasi melalui intervensi pasar yang tepat sasaran dan informasi publik yang transparan. ( Red )